⋘⊱╬†―۩― Chatter's Gelandangan Blog's ―۩―†╬⊰⋙
go to my homepage
Enter Here

Selasa, 09 November 2010

Antara Kerbau, Wedhus Gembel dan Sapi Merapi

Masih teringat dalam benak kita, sekitar 10 bulan yang lalu tepatnya pada tanggal 9 Desember 2009 di mana terjadi demonstrasi besar-besaran dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Dunia. Pada ceremony itu terjadilah suatu kejadian yang mungkin di masa yang akan datang masuk dalam pena sejarah.

Kejadian di mana demonstran membawa seekor kerbau, yang diberi tulisan SiBuYa dan ditempeli gambar wajah orang paling penting di negeri ini, RI 1. Kejadian ini menyita perhatian dari seluruh masyarakat dan menjadi buah bibir selama berbulan-bulan atau bahkan sampai hari ini.

Konon kerbau itu menjadi simbol atas kepemimpinan yang ada pada diri presiden, dilambangkan dengan badan besar dan lamban. Pro dan kontra bermunculan di mana-mana, bahkan sampailah muncul larangan demonstrasi membawa binatang. Padahal selama ini juga koruptor sering digambarkan dengan binatang, yaitu tikus dan aksi-aksi terkait korupsi pasti membawa tikus atau menyertakan simbol-simbol tikus.

Seolah menjadi sebuah cap oleh sebagian kelompok atau bahkan mayoritas, ketika sang presiden menyampaikan gagasan ataupun pidatonya yang selama ini terkesan sangat normatif itu lantas menjadikan cap itu semakin kuat, yaitu lambat. Kita bisa melihatnya di bagian komentar pembaca pada berita-berita di detik.com atau media online lainnya, saat ada pemberitaan terkait presiden hampir dipastikan selalu saja komentarnya miring dan menghujatnya dengan SiBuYa. Tapi itulah konsekuansi logis menjadi pemimpin, terlalu banyak ekspektasi.

Dan itulah salah satu buah demokrasi, bisa dirasakan pahit atau manisnya tergantung siapa yang memakan buah itu. Demokrasi yang menjadikan setiap individu bebas berbicara karena dilindungi oleh undang-undang. Dan kini, entah bagaimana nasib kerbau tersebut, tidak ada yang tahu. Apakah kerbau itu masih hidup ataukah dibeli pemerintah?

Sepuluh bulan semenjak kejadian itu ternyata ada binatang lain yang menjadi buah bibir di seantero negeri kita. Bak artis yang naik daun, binatang itu menjadi headline di mana-mana. Binatang yang menjadi momok menakutkan bagi para penduduk di lereng Gunung Merapi, binatang yang tak seorangpun ingin menjumpainya, atau sekadar mengajaknya untuk ikut serta demonstrasi mengolok-olok pemerintah. Binatang itu adalah wedhus gembel. Nama yang sangat populer dan keren dan bisa jadi akan ada orang yang menamakan anaknya dengan nama wedhus gembel, sebagai bagian dari mengenang sejarah.

Wedhus gembel inilah yeng merupakan simbol dari eksistensi Merapi sebagai gunung aktif. Wedhus gembel merupakan nama yang cukup melegenda. Korban dari wedhus gembel ini tidak main-main, untuk letusan Merapi bulan ini saja sudah tercatat 88 orang tewas, ratusan orang luka dan puluhan ribu orang diungsikan. Untung saja si wedhus ini tidak membawa kawan-kawannya yang lain seperti kerbau gembel, sapi gembel dan lainnya.

Si wedhus ini bahkan sangat kejam kepada saudara-saudaranya, yaitu hewan-hewan ternak. Kedatangan wedhus gembel ini telah membunuh banyak sekali hewan ternak mulai dari sapi, kerbau, ayam dan bahkan kambing sekalipun, yang artinya sama juga dengan wedhus. Saat suasana genting di mana korban terus berjatuhan, ternyata ada saja warga lereng Gunung Merapi yang nekat untuk naik ke gunung kembali untuk memberi makan ternaknya. Padahal konon, pemerintah ini berjanji mau membeli sapi-sapi milik warga yang merupakan korban letusan merapi.

Namun, tetap saja warga ragu-ragu bahwa sapi-sapinya, sapi-sapi Merapi yang telah terlapisi oleh abu vulkanik ini akan mendapatkan ganti rugi. Warga merasa ragu dengan janji-janji pemerintah selama ini dan ketidakyakinan itu sangat kuat sehingga pada saat mereka dilarang untuk naik gunung mereka memutuskan untuk naik. Saat itulah letusan Merapi kedua terjadi di malam hari, saat mereka terlelap dan mengambil banyak korban sebanyak 55 orang meningal dunia, ratusan orang luka-luka berat, ribuan warga diungsikan, serta ratusan sapi Merapi telah mati.

Semoga pemerintah konsisten memenuhi janjinya untuk membeli seluruh sapi-sapi korban Merapi. Jangan ada pengingkaran lagi, jangan ada penyelewengan lagi, sebab jika tidak maka wedhus gembel akan kembali merajalela dan kerbau-kerbau yang bertuliskan SiBuya akan ada dimana-mana, di seluruh kota untuk menuntut keadilan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Nd0n