⋘⊱╬†―۩― Chatter's Gelandangan Blog's ―۩―†╬⊰⋙
go to my homepage
Enter Here

Senin, 17 Januari 2011

Bencana Bukan wisata, jangan jadikan mereka tontonan

dahulu saat hujan abu vulkanik melanda Jogja dan sekitarnya, banyak orang-orang yang berbondong-bondong "keluar" dari jogja karena takut akan dampak negatif bagi kesehatan. tetapi keadaan sekarang berbalik 180 derajat.

apa yang dahulu dan kini ditakutkan oleh masyarakat malah menjadi sebuah daya tarik tersendiri. sebuah wisata ke tempat-tempat yang menjadi lokasi yang terkena dampak erupsi merapi. baik dampak langsung (awan panas), maupun dampak tidak langsung (lahar dingin).

sedikit tentang lokasi yang berdampak langsung. berada beberapa kilometer dari puncak merapi, wilayah kalikuning Sleman Yogyakarta, akan terlihat banyaknya masyarakat, baik dari dalam maupun luar kota Jogja yang berkunjung ke daerah ini. sekedar mengabadikan "hasil" erupsi merapi yang menghancurkan dusun di sekitar kali kuning, maupun menikmati piknik bersama keluarga ataupun teman sekantor.

hal yang sama juga terjadi di daerah magelang. tepatnya di sekitar aliran lahar dingin di kawasan Jumoyo dan Pabelan. banyak warga yang sengaja berhenti hanya untuk melihat secara langsung akibat dari banjir lahar dingin yang meluap hingga sempat membuat jalan utama Jogja-Magelang di tutup untuk beberapa waktu.

kejadian semacam ini menjadi dilema tersendiri. di satu sisi, ramainya warga yang berkunjung bisa menambah pemasukan warga korban bencana lahar dingin yang rumah nya rusak bahkan hilang dengan biaya parkir yang dikenakan pada pengunjung. tetapi di sisi lain hal ini sedikit mengusik hati nurani saya.

mengapa? karena bencana yang harusnya menjadi momen membantu para korban, tetapi malah mereka (para korban) dijadikan tontonan. berbondong-bondong orang datang hanya untuk menonton rumah mereka (korban) yang hancur dan tertimbun. berbondong-bondong orang datang hanya untuk berwisata di atas penderitaan mereka (korban).

selain itu, hal ini menimbulkan kemacetan parah di lokasi. hasilnya petugas kepolisian yang berjaga juga menjadi bertambah pekerjaannya. yang awalnya mengatur banyaknya kendaraan yang memang harus ekstra hati-hati melintasi jalanan yang terkena banjir lahar dingin, juga masih harus mengatur warga "penonton" banjir lahar dingin yang parkir sembarangan yang mengakibatkan bertambah parah kemacetan di daerah bencana ini.

memang dengan uang parkir yang dibayarkan bisa sedikit membantu warga, tetapi alangkah lebih baiknya jika mereka yang menjadi korban tidak dijadikan tontonan. karena walau bagaimanapun dalam lubuk hatinya mereka (korban) merasa tersinggung dijadikan tontonan. hal ini membuat salah satu daerah di daerah pabelan menutup akses ke desa nya karena tidak ingin dijadikan tontonan orang-orang, kecuali untuk bantuan.

yang menjadi pertanyaan saya saat ini, apakah pantas saat kita menjadikan kesedihan para korban sebagai wisata untuk kita? mengutip dari kata-kata di beberapa banner dan spanduk di daerah kalikuning, "Bencana bukan wisata. jangan jadikan kami tontonan". harusnya kata-kata ini yang dipahami oleh kita semua. karena saat kita berada di posisi mereka, kita pun tidak ingin dijadikan tontonan.


0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Net Work

 

Template by Nd0n